Anda memasuki Blognya Adinevva silahkan membaca dan berbagi Ilmu

Ibote.net


ibote.net

Me @nD Ibote..

Me @nD Ibote..
Adinevva

Silahkan berbagi ilmu

Kamis, 25 April 2013

BINTIK PADA BAYI

TIPS BAYI
informasitips.com – Para ibu muda biasanya akan panik dan khawatir ketika mendapati bintik-bintik merah atau bintil-bintil yang timbul di wajah dan tubuh bayi. Berbeda dengan kondisi kulit orang dewasa yang tebal, kulit bayi yang masih relatif tipis dan sensitif lebih rentan terhadap alergi, iritasi dan infeksi. Hal ini dikarenakan secara struktural kelenjar minyak pada kulit bayi masih belum berkembang secara sempurna.
Penyebab timbulnya bintik-bintik merah di wajah dan tubuh bayi ini sangat kompleks dan bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor dari dalam tubuh misalnya faktor keturunan, sementara faktor luar misalnya cuaca yang panas, lingkungan yang lembab, banyak debu dan lain sebagainya.
Bintik-bintik merah disertai kulit yang tampak kemarahan ini bisa menyebabkan rasa gatal yang tidak tertahankan. Karena bayi belum mampu menyampaikan dengan kata-kata apa yang dirasakannya, maka bayi akan rewel atau bahkan menangis tanpa henti.
Untuk mengetahui lebih lanjut, simak beberapa kemungkinan penyebab bintik-bintik merah pada wajah dan bagian badan bayi lainnya, serta bagaimana cara mengatasinya berikut ini:
  1. Bakat alergi (faktor keturunan)
    Penyebab:
    Kasus alergi kulit cukup banyak terjadi pada bayi yang sangat rentan terhadap reaksi alergi. Apabila Anda dan pasangan memiliki riwayat alergi, maka resiko si kecil menderita alergi sebesar 40-60 %. Tetapi jika hanya salah satu orang tua saja yang memiliki alergi, kemungkinannya anak Anda memiliki bakat alergi kecil yakni sebesar 25-40 %. Penyakit alergi hanya mengenai anak yang memiliki bakat alergi yang disebut atopik. Jika tidak ada riwayat alergi di keluarga, bayi Anda tetap memiliki resiko terkena alergi sebesar 5-15 %.
    Cara mengatasi:
    Cara paling efektif untuk mengatasi alergi adalah dengan menjauhkan anak dari sumber pencetus alergi. Untuk itu, orang tua perlu jeli dan mengetahui makanan atau hal apa saja yang bisa menimbulkan reaksi alergi pada kulit bayi. Misalnya, bayi berusia 6 bulan ke atas sudah diberi makanan padat. Orang tua harus benar-benar hati-hati dalam memberikan makanan kepada bayi. Terlebih bila dalam keluarga memang ada riwayat alergi, maka kemungkinan besar bayi juga akan mengalami alergi. Cara mengetahui apakah bayi alergi atau tidak terhadap suatu jenis makanan tertentu yaitu dengan melihat gejala/tanda yang mungkin timbul selama kurang lebih 3 hari setelah makanan tersebut masuk ke dalam tubuh bayi.
    Misalnya, Anda memberikan telur kepada bayi. Coba perhatikan gejala-gejala alergi yang mungkin timbul selama 3 hari ke depan, bisa berupa bintik-bintik merah di kulit, gatal-gatal atau gangguan pencernaan. Bila memang ternyata bayi alergi terhadap telur, maka sebaiknya Anda menunda memberikan telur kepada bayi. Tunggu sampai usia bayi agak besar karena alergi telur biasanya akan hilang dengan sendirinya. Begitu pula untuk jenis makanan yang lain. Orang tua harus mencoba dan melihat reaksi yang timbul, lalu mencatat apa saja yang bisa membuat bayi alergi.
    Orang tua juga bisa melakukan semacam tes alergi terhadap anak ke dokter untuk mengetahui alergen apa saja yang perlu dihindari bayi.
    Pemberian obat-obatan biasanya tidak terlalu dianjurkan, karena bayi dianggap masih terlalu kecil. Selain itu, masih banyak cara penangan lain yang lebih baik dan aman dilakukan. Kalaupun harus diberikan biasanya pemberian obat untuk bayi dilakukan melalui Air susu Ibu (ASI). Ibu meminum obat dan obat tersebut akan masuk ke tubuh bayi melalui ASI sewaktu bayi menyusu pada ibunya.
    Untuk pengobatan oles pada kuli misalnya dengan pemberian krim biasanya yang mengandung steroid rendah, tapi hal ini harus sesuai dengan anjuran dokter. Berbeda dengan penyakit, alergi tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Alergi hanya akan hilang bila sumber pencetusnya disingkirkan atau dijauhi. Sebaiknya optimalkan pemberian ASI ekslusif karena ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi Anda yang cukup efektif mencegah dan meringankan alergi.
  2. Faktor makanan
    Penyebab:
    Pada bayi makanan yang paling sering menimbulkan alergi adalah protein pada susu sapi. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuhnya menyadari bahwa kandungan protein pada susu formula anak sebagai zat yang berbahaya dan mencoba untuk melawannya. Tanda yang harus Anda perhatikan adalah selain timbulnya bintik-bintik merah, juga muntah dan terkadang disertai diare. Reaksi setiap anak berbeda-beda. Bahan makanan lain yang juga sering menyebabkan alergi pada bayi adalah telur, seafood dan kacang-kacangan.
    Cara mengatasi:
    Seperti yang sudah sedikit dijelaskan di atas, untuk mengetahui reaksi alergi akibat suatu makanan tertentu, orang tua disarankan untuk mengingat kembali makanan bayi apa yang sebelumnya diberikan ke bayi. Apabila Ibu masih memberikan ASI kepada buah hati, ada baiknya untuk mengingat kembali makanan yang Anda makan untuk diketahui makanan atau minuman pencetus alerginya, karena kemungkinan alergi didapat melalui ASI yang bayi minum.
    Jika diakibatkan oleh zat-zat pada ASI, ibu yang alergi harus menghentikan konsumsi makanan pencetus alerginya (alergen) agar ASInya tidak menyebabkan masalah pada kulit bayinya. Apabila Anda tidak sanggup memberikan ASI karena sesuatu hal, dan bayi Anda memiliki alergi pada susu formula Anda bisa berkonsultasi dengan dokter anak agar dapat mengetahui alternatif sumber kalsium dan nutrisi penting lainnya yang dapat menggantikan bahan makanan pencetus alergi tersebut.
    Perlu diketahui juga, Seiring dengan bertambahnya usia bayi, biasanya reaksi alergi ini bisa berkurang dan mereda karena daya tahan tubuh dan jaringan kulit anak akan semakin kuat jaringan membuat anak tidak akan mudah terkena alergi lagi.
  3. Biang keringat
    Penyebab:
    Bintik-bintik merah karena biang keringat atau keringat buntet pada wajah dan tubuh bayi bisa terjadi karena adanya sumbatan pada pori-pori kulit bayi yang disebabkan sistem untuk mengatur suhu tubuhnya belum berkembang secara sempurna. Hal ini mengakibatkan pengeluaran keringat yang tidak lancar pada bayi, terlebih lagi karena Indonesia yang memiliki suhu tropis menyebabkan bayi cepat merasa kegerahan atau kepanasan.
    Cara mengatasi:
    Usahakan agar bayi tidak memakai baju yang berlapis-lapis dan pilih pakaian dari bahan yang menyerap keringat seperti bahan katun. Gunakan yang nyaman dipakai dan tidak terlalu sempit untuk mengurangi panas. Bersihkan wajah dan tubuh bayi dari keringat dengan cara menyekanya dengan lap basah dan mengeringkannya dengan handuk bayi yang lembut. Pastikan kamar bayi Anda bersih dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Jika perlu, pilih deterjen yang tidak keras untuk mencuci pakaian bayi dan usahakan agar pakaian bayi benar-benar bersih dari deterjen ketika membilasnya. Sebaiknya hindari pemberian pemutih, pewangi dan pelicin pakaian yang berlebihan. Gunakan lotion calamin untuk mendinginkan dan mengurangi rasa gatal. Bila kondisi kulit bayi Anda semakin parah segera hubungi dokter.
  4. Terlambat mengganti popok, terutama ketika bayi buang air besar
    Penyebab:
    Tinja bayi bersifat lebih asam daripada air seni bayi. Bakteri dan amonia pada tinja serta air seni bayi dapat menghasilkan zat yang bisa melukai dan membuat iritasi kulit bayi.
    Cara mengatasi:
    Rajin mengganti popok atau diaper sangat disarankan, terutama segera ganti popok bayi ketika basah dan bayi selesai buang air besar. Berikan krim anti ruam popok yang mengandung zinc atau gunakan baby oil untuk melindungi air seni tidak mudah meresap ke dalam kulit. Bagian yang biasa tertutup oleh popok sebaiknya diangin-anginkan agar kulit cukup kering atau tidak terlalu lembab.
  5. Ruam popok karena kualitas popok tidak baik atau terlalu kecil
    Penyebab:
    Kemungkinan popok/diaper bayi yang selama ini digunakan kualitasnya tidak baik atau ukurannya terlalu kecil untuk buah hati Anda. Ruam popok yang tidak diatasi segera bisa menyebabkan kondisi semakin parah seperti bintil-bintil kecil yang melepuh dan pecah. Jika sudah pecah, maka bayi Anda akan semakin rentan terkena infeksi.
    Cara mengatasi:
    Anda bisa mengganti merek diapernya dengan yang memiliki kualitas lebih bagus atau membeli popok yang ukurannya sesuai dengan usianya. Cara pemakaiannya juga diperhatikan agar tidak terlalu ketat sehingga kulit tidak tergesek.
  6. Jerawat bayi
    Penyebab:
    Sisa hormon yang masih terbawa bayi sejak masih berada dalam rahim.
    Cara mengatasi:
    Gangguan yang biasanya timbul di sekitar pipi, dagu, dan dahi biasanya akan menghilang dengan sendirinya ketika bayi berusia di atas 3 bulan. Rajin bersihkan wajah bayi dan keringkan dengan baik. Usahakan untuk menggunakan handuk bayi yang berbahan lembut dan tidak memencet jerawatnya karena dapat menimbulkan iritasi serta infeksi yang cukup parah.
  7. Eksim bayi
    Penyebab:
    Dikenal juga dengan nama eksim susu, tapi bukan berarti eksim ini timbul karena ASI, lho! Perlu diketahui bahwa apapun itu, sisa ASI, susu formula, makanan bayi yang dikonsumsi,atau air liur apabila dibiarkan menempel di kulit bayi, dan tidak segera dibersihkan maka berpeluang menghasilkan reaksi yang dapat menyebabkan timbulnya iritasi. Penyebab iritasi ini akan bereaksi terutama pada bayi yang memang sudah memiliki bakat alergi.
    Cara mengatasi:
    Jika Anda mengetahui dengan persis bahwa bayi Anda memiliki bakat alergi, sebaiknya segera jauhkan dari bahan pemicunya (alergennya). Misalnya segera bersihkan wajah bayi sehabis kontak dengan ASI atau susu formula. Rajinlah mengganti baju bayi jika ia sering mengeluarkan air liur dari mulutnya yang terkadang membuat bajunya sampai basah.
  8. Gigitan serangga
    Penyebab:
    Gigitan atau sengatan serangga misalnya nyamuk, dapat menyuntikkan racun yang tersusun dari protein dan substansi lain yang memicu reaksi alergi kepada bayi. Bintik merah yang disertai bengkak dan rasa gatal adalah gejala yang sering ditemui.
    Cara mengatasi:
    Bintik merah ini sebenarnya tidak perlu diobati karena akan hilang dengan sendirinya. Anda juga bisa mengoleskan minyak kayu putih, minyak telon atau minyak tawon apabila diperlukan untuk menghindari gigitan serangga berikutnya.
  9. Debu rumah
    Penyebab:
    Debu yang berasal dari karpet dan boneka-boneka berbulu sering juga menjadi pemicu alergi pada bayi dan anak-anak.
    Cara mengatasi:
    Rajin membersihkan rumah, mainan anak (dari kain atau bulu binatang) dan menggunakan alat penghisap debu untuk menyedot debu karpet. Penyedot debu membuat debu beterbangan, oleh karenanya usahakan agar bayi tidak berada dekat Anda saat Anda sedang membersihkan ruangan dengan penyedot debu. Apabila perlu gulung dan simpanlah karpet sampai bayi Anda tumbuh besar dan berkurang kesensitifannya terhadap debu.
  10. Kutu busuk di tempat tidur
    Penyebab:
    Kutu busuk yang menyelinap di sela-sela sprei dan tempat tidur menggigit anak Anda. Gigitan kutu busuk umumnya mirip dengan bekas gigitan nyamuk.
    Cara mengatasi:
    Alasi kasur dengan perlak atau kain pelindung kasur yang bersih yang tidak dapat menjadi sumber kutu busuk atau ngengat. Cuci sprei, sarung bantal, selimut dengan teratur. Sesekali jemur bantal, guling dan kasur agar kutu busuk dan larva di dalamnya terbunuh oleh panasnya cahaya matahari. Berikan bayi Anda sarung tangan untuk mencegahnya menggaruk kulitnya yang gatal untuk menghindari terjadinya infeksi. Lakukan langkah-langkah pembasmian agar tempat tidur bayi bebas ngengat. Bila langkah ini tidak berhasil kemungkinan Anda harus membuang kasur bayi Anda dan menggantinya dengan yang baru.
  11. Virus
    Penyebab:
    Nama penyakit ini mungkin jarang terdengar, padahal Roseola infantum merupakan penyakit menular yang cukup sering menyerang bayi dan anak – anak yang masih sangat kecil. Penyebabnya adalah virus jinak yang bisa menyebar melalui percikan ludah penderita, misalnya saat pemeriksaan kesehatan atau imunisasi di rumah sakit. Gejala yang timbul yaitu demam hingga 39,5 derajat Celsius selama beberapa hari. Setelah demamnya hilang, mulai timbulnya bintik – bintik merah yang tidak berubah menjadi bernanah dan tidak gatal. Disertai rewel, kehilangan selera makan dan cepat mengantuk.
    Terkadang terjadi salah diagnosis karena gejalanya mirip dengan campak. Yang perlu diketahui, bedanya dengan campak adalah bintik – bintik merah pada bayi dan anak kecil timbul setelah demamnya turun (bisa terjadi 2 – 3 kali dalam usia anak), sementara pada campak muncul pada saat demam sedang tinggi (terjadi 1 kali seumur hidup).
    Gejalanya juga mirip dengan demam berdarah, bedanya anak yang terkena demam berdarah setelah demamnya turun kondisi tubuhnya tetap melemah, sementara anak yang terkena roseola infantum keadaannya akan semakin membaik.
    Cara mengatasi:
    Jangan khawatir karena penyakit yang disebabkan herpes virus tipe 6 dan 7 ini tidak berbahaya. Walaupun virus ini berasal dari keluarga yang sama (herpes simplex viruses), virus herpes ini tidak menyebabkan herpes di sekitar mulut dan alat kelamin. Turunkan panasnya dengan obat penurun demam yang aman untuk anak – anak bila diperlukan. Kompres anak Anda dengan lap bersih yang dibasahi dengan air hangat. Jangan mandikan si kecil dengan air dingin dan banyak – banyaklah memberikan cairan, bisa berupa ASI, air putih atau oralit. Sebaiknya bayi dan anak memiliki istirahat yang cukup. Bila kesadaran menurun dan si kecil mengalamin kejang, segera bawa ke dokter. Pada umumnya bintik – bintik merah akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Apabila kondisi kulit bayi Anda semakin parah dan Anda tidak dapat menemukan penyebabnya, berkonsultasilah dengan dokter anak untuk menemukan sumbernya. Untuk mengetahui apakah penyebabnya memang alergi, dokter anak biasanya akan menyarankan tes darah atau merujuk ke spesialis atau dokter ahli. Dokter ahli alergi akan melakukan tes kulit dengan menyuntikkan bahan pencetus alergi yang dicurigainya ke bayi Anda. Bila bayi Anda memberikan reaksi alergi, maka sumbernya sudah dipastikan dan diketahui cara mengatasi yang patut untuk dilakukan.

24 hal penting di hari pertama si kecil

1. Kok kepalanya tidak rata?
Proses persalinan normal terkadang menimbulkan benjolan lunak  berisi air pada kepala bayi Anda yang disebut caput succedaneum. Benjolan ini tidak berbahaya dan akan hilang sendiri. Kepala tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, cirinya benjolan tidak akan melewati garis ubun-ubun.
2. Ada benjolan di leher bayiku
Biasanya ini terjadi akibat penarikan leher yang berlebihan saat persalinan, misalnya bila bayi sungsang atau menggunakan alat bantu persalinan. Umumnya menyembuh spontan, tetapi pada beberapa anak diperlukan terapi fisik terlebih dahulu.
3. Mengapa gerak tangan bayiku tidak sama?
Persalinan yang sulit juga bisa menyebabkan tulang bahu bayi patah tanpa Anda atau dokter menyadarinya. Biasanya baru disadari saat tulang bahu menyembuh dan membentuk tonjolan. Umumnya akan sembuh sendiri, dan selama penyembuhan mungkin gerak tanggannya agak lemah.
4. Si kecil keputihan?
Jangan kaget bila mendapati bayi perempuan Anda keputihan atau di popoknya terdapat darah. Mungkin hormon Ibu saat kehamilan masih mempengaruhi. Pengaruh hormon juga bisa menyebabkan payudara si Upik mengeluarkan cairan yang disebut “withes’ milk”, yang ini bisa terjadi baik pada bayi perempuan maupun laki-laki. Tenang saja, ini akan menghilang dengan sendirinya.
5. Pipisnya berwarna merah jambu!
Kadang ibu panik karena air kencing si bayi tiba-tiba berwarna kemerahan. Tak perlu khawatir. Air kencing bayi bisa mengandung kristal yang membuat warnanya berubah menjadi semu kemerahan.
6. Kulitnya berubah bila udara dingin
Saat bayi terkena udara dingin, bisa muncul gambaran seperti bercak-bercak berwarna merah kebiruan di kulitnya. Ini disebut cutis marmorata. Gambaran berbentuk jaring ini disebabkan pembuluh darah melebar, bisa muncul di seluruh permukaan tubuh, dan akan kembali normal bila udara normal. Bila menetap waspadai penyakit kelainan darah.
7. Ujung  jarinya biru dan dingin
Tak perlu khawatir karena ini normal terjadi, disebabkan pembuluh darah bayi yang baru lahir belum sempurna fungsinya dan akan membaik seiring pertambahan usia.
8. Kulitnya kok kuning ?
60 persen bayi normal pernah mengalami kuning pada hari-hari pertama kehidupannya. Sebagian besar normal karena fungsi hati bayi belum matang. Tetapi hati-hati bila tak juga menghilang setelah minggu-minggu pertama usianya, mungkin ada penyakit yang mendasari.
9. Ada jerawat di wajah si kecil
Jerawat bisa terjadi pada 20 persen bayi terutama usia kurang dari 1 bulan. Bentuknya bintik-bintik kemerahan terkadang bernanah, kebanyakan mengenai wajah terutama pipi. Penyebabnya adalah hormon ibu, dan akan menghilang setelah 1-3 bulan. Yang penting jaga kebersihan kulitnya dan gunakan sabun yang lembut.
10. Ih, kepalanya berketombe
Ini disebut cradle cap, bentuknya seperti sisik yang lengket warna kekuningan atau putih kering dan kulit di bawahnya berwarna merah. Biasanya dialami bayi usia 1 bulan. Sisik juga bisa dijumpai di pipi, dahi, sekitar alis dan telinga. Mandikan bayi secara teratur, gunakan sampo, dan olesi sisik di kepala dengan minyak zaitun (olive oil), lalu sisiri perlahan dengan sikat lembut.
12. Kulitnya teraba berbenjol-benjol. Jangan-jangan tumor..
Bila di punggung, pipi, bokong, lengan, dan paha bayi Anda terdapat benjolan-benjolan yang teraba di bawah kulit, batasnya tegas, dengan warna merah kebiruan, Anda tak perlu khawatir karena kondisi ini akan menghilang pada hari ke 5-10 kehidupannya. Benjolan itu merupakan gumpalan lemak yang meradang. Pada beberapa bayi, gumpalan lemak tersebut mengeras dan harus dikeluarkan, pada kondisi ini patut dicurigai adanya kelebihan kalsium.
13. Kulit bayiku berbintil-bintil
Itu namanya Milia. Bintil keras berdiameter 1-2 mm dengan warna putih jernih, yang bisa muncul pada usia berapa pun. Pada bayi sering muncul di wajah dan gusi atau langit-langit mulut. Milia pecah secara spontan dan tidak berbahaya. Bila muncul pada area bekas luka yang sulit hilang, milia dapat dikupas secara lembut dan isinya dikeluarkan dengan jarum steril.
14. Lho, kok payudaranya membesar?
Ingat, hormon ibu masih berpengaruh. Jangan memijatnya, payudara bayi Anda bisa infeksi, warnanya menjadi merah, bengkak, dan demam. Terapinya, kompres hangat dan antibiotik. Bila infeksi bernanah, nanah tersebut harus dikeluarkan oleh dokter ahli karena dapat mempengaruhi kemampuan menyusui bila bayi Anda perempuan.
15. Baru lahir sudah bergigi?
Beberapa bayi sudah memiliki gigi saat lahir—disebut natal teeth. Bila muncul sebelum usia 1 bulan disebut neonatal teeth. Gigi seperti ini perlu dicabut karena letaknya amat di permukaan dan mudah lepas, ditakutkan bayi tersedak karena gigi tersebut.
15. Tompel bayi
Tanda lahir bayi biasanya berbentuk koin warna biru atau abu-abu, letaknya di punggung bawah dekat bokong atau bahu. Lebih dari 80 persen orang berkulit hitam, ras Asia, dan bayi Indian memiliki gambaran ini, sedangkan pada orang kulit putih kurang dari 10 persen. Gambaran khas yang kerap disebut tompel atau Mongolian spot ini disebabkan sel pigmen yang berkumpul, diduga karena perpindahan sel pigmen terhenti. Tanda ini biasanya menghilang pada usia-usia pertama kehidupan tetapi kadang menetap. Anda tak perlu khawatir karena tanda lahir ini tidak berbahaya. Namun, perlu diwaspadai bila mongolian spot meluas, terutama pada lokasi tubuh yang tidak biasa, dan sepertinya tidak akan menghilang. Bedakan pula dengan tanda kebiruan akibat memar, karena mongolian spot sudah muncul sejak lahir.
16. Area popoknya kemerahan
Ruam popok juga bisa terjadi pada bayi kecil Anda. Umumnya disebabkan oleh jamur. Area bokongnya menjadi merah terang dengan pinggiran yang jelas, disertai bintik-bintik merah di luar area tersebut disebut lesi satelit yang khas untuk ruam akibat jamur. Bila hal ini terjadi, obat anti jamur bisa dioleskan ke area tersebut tiap kali ganti popok. Kadang, jamur juga bisa menimbulkan lapisan putih di lidah yang cukup mengganggu. Lapisan putih seperti kerak susu ini bisa hilang seiring usia tetapi dapat diobati pula dengan obat anti jamur yang diteteskan.
Kemerahan di area popok juga bisa disebabkan popok yang dipakai. Keluhan akan menghilang jika Anda lebih sering mengganti popok.
17. Mata belekan dan selalu berair
Mata bayi Anda belekan?  Terkadang, beberapa klinik mata memberikan obat mata untuk mencegah penyakit pada bayi Anda, dan salah satu efeknya membuat mata bayi agak kotor. Belekan yang terjadi pada hari ketiga sampai kelima disertai mata merah, kelopak mata bengkak,  ada nanah bisa disebabkan penyakit. Belekan terus menerus yang terjadi setelah minggu pertama juga bisa jadi memerlukan obat sehingga perlu dikonsultasikan pada dokter.
Terkadang, ada bayi yang salah satu matanya selalu berair, waspada adanya penyumbatan saluran air mata yang disebut dacryostenosis. Keadaan akan lebih berat bila anak terkena batuk pilek atau udara dingin. Umumnya, pemijatan di area tersebut dapat meringankan gejala. Tetapi bila saluran air mata tetap tersumbat pada usia satu tahun, perlu operasi untuk membuka salurannya.
18. Pipi bayiku tak mulus
Beberapa bayi tak memiliki pipi yang mulus. Tampak kedua pipinya kemerahan dan berbintil-bintil, biasanya muncul pada bayi di atas usia sebulan atau dua bulan, 60% pada tahun pertama kehidupan. Orang bilang hal itu disebabkan terkena air susu. Sebenarnya bintil-bintil itu bisa menjadi petanda awal alergi pada si bayi yang disebut eksim susu. Keluhan tersebut bisa hilang dan timbul. Selain itu, bayi juga bisa amat terganggu karena rasa gatal. Biasanya dokter akan memberikan salep hidrokortison 1% untuk mengurangi gejala pada di pipinya, terkadang diberi pula obat yang diminumkan untuk mengurangi gatal.
Alergi pada bayi seringkali bersumber dari makanan, sehingga ibu perlu memperhatikan jenis susu yang diberikan. Bayi yang Minum ASI lebih kecil risikonya untuk mendapatkan eksim susu. Tapi ibu tetap harus memperhatikan makanannya karena dapat memasukkan zat penyebab alergi dalam ASI. Kalau pencetus alerginya sudah dihilangkan, keluhan di pipi pun akan menghilang dengan sendirinya.
19. Ruam bayi (erythema toxicum)
Tak perlu sedih bila kulit bayi Anda tidak mulus alias teraba kasar seperti digigiti nyamuk. Munculnya bintik-bintik berwarna kuning putih dengan warna kulit kemerahan, terkadang di ujung bintik terdapat nanah, terjadi pada 50% bayi normal. Jumlah bintik bisa banyak dan menyebar di seluruh tubuh atau mengumpul di beberapa tempat saja, bahkan telapak tangan dan kaki pun bisa terkena. Biasanya ruam bayi ini muncul pada minggu pertama kehidupan, dan kelamaan akan memudar. Penyebabnya tidak diketahui dan tidak dibutuhkan terapi apapun karena amat cepat menghilang.
20. Berat badannya tidak naik?
Pada minggu pertama kehidupannya, seorang bayi bisa menurun berat badannya. Penurunan hingga 10% dari berat badan lahir masih normal, setelah itu ia akan mengalami kenaikan berat badan dan harus kembali ke berat badan semula dalam 10-14 hari. Ibu tak perlu khawatir bayinya kekurangan susu bila berat badan bayi naik dan pada usia satu bulan, bayi sudah memiliki pola minum susu sendiri. Bila ibu merasa sudah semaksimal mungkin memberi susu bayi tetap kekurangan cairan, perlu dicurigai adanya kelainan, apakah teknik menyusui yang salah atau bayi yang sakit.
21. Gumoh lagi, gumoh lagi
Mengalirnya susu kembali ke mulut dalam jumlah sedikit, atau disebut regurgitasi (gumoh) umum terjadi pada bayi karena otot pencernaannya belum kuat sedangkan tekanan di lambungnya meningkat. Yang penting bagi ibu adalah membedakan apakah ini gumoh atau muntah. Muntah terjadi akibat tekanan dinding diafragma dan kontraksi otot perut hingga isi lambung keluar, jadi ada usaha dari bayi untuk mengeluarkan makanannya yang dilihat dari dorongan perut dan diafragma. Namun, ibu tak perlu khawatir selama anak tetap sehat dan berat badannya naik sesuai umurnya.
Bila muntahnya berwarna hijau atau disertai feses berdarah, ibu perlu segera membawa bayi ke dokternya untuk dicari penyebabnya. Muntah juga bisa menjadi gejala beberapa penyakit seperti radang selaput otak, radang telinga, radang pencernaan, infeksi saluran kemih, atau akibat tekanan otak meningkat. Bila hal ini terjadi, anak akan tampak sakit.
Untuk mengurangi gumoh, bisa dengan cara meninggikan posisi kepala bayi setelah makan, membuat formula lebih kental dengan menambahkan bubur, atau menyendawakannya. Bila hal itu tak juga mengurangi gumoh, ibu bisa mengkonsultasikannya ke ahli pencernaan anak.
22. Pup-nya kok cair ya
Setiap ibu perlu mengetahui pola buang air besar bayinya karena ada bayi yang pup setiap kali habis diberi susu. Jadi, bila bayi pup lebih encer, berair, atau lebih sering, ibu bisa mencurigainya terkena diare. Hitunglah berapa kali ia harus berganti popok, berapa kali pup, seperti apa fesesnya, bagaimana pola makannya, apakah minum antibiotik sebelumnya, ada muntah, demam, atau bayi tampak lemas. Dengan demikian, dokter akan mendapatkan gambaran yang jelas dan lebih tepat dalam mendiagnosis penyakitnya.
23. waduh, ada darah dalam pup-nya
Waspadai pula bila feses bayi Anda berdarah, mungkin disebabkan radang usus, alergi susu, diare akibat antibiotik, atau ususnya terpilin (intususepsi). Curigai adanya alergi susu bila perut bayi tampak kembung, diare disertai darah, dan feses keluar disertai kentut atau menyemprot.
Pada hari-hari pertama setelah lahir, feses bayi dapat pula mengandung darah berasal dari darah ibu yang tertelan saat persalinan, namun tentunya hal ini terjadi sebentar dan pup akan menjadi normal.
24. Kok pup-nya jarang ya?
Seringkali orang tua khawatir bila anak tidak buang air besar. Terkadang bisa satu minggu si kecil tidak pup. Bayi yang minum ASI cenderung lebih sedikit jumlah fesesnya daripada bayi yang minum susu formula dan bisa jadi lebih jarang pup. Bila anak jarang pup sejak lahir apalagi terlambat mengeluarkan feses pertamanya (mekonium), curigai adanya penyakit Hirschsprung, kekurangan hormon tiroid, atau ada kelainan pada anusnya. Penyakit Hischprung terjadi lebih sering pada bayi laki-laki dan harus dicurigai bila bayi tak juga mengeluarkan mekonium dalam 1-2 hari setelah lahir, umumnya disertai muntah dan perutnya kembung. Kekurangan hormon tiroid harus dicurigai bila bayi jarang pup, suhu badannya selalu dingin, ototnya lembek, sulit makan, dan suara tangisnya parau. Namun orang tua tak perlu khawatir bila bayinya jarang pup selama bayi tampak sehat.
Seputar tali pusat, perawatan dan komplikasinya
Umumnya tali pusat puput dalam 2 minggu, tapi masih dianggap normal bila belum puput sampai 45 hari setelah bayi lahir. Bila lebih lama dari itu, tanyakan pada dokter apakah ada kelainan daya tahan tubuh atau infeksi bakteri.
Setelah lahir, bayi tak lagi mendapat aliran darah dari ibunya melalui tali pusat, ibaratnya tali pusat menjadi tak ada gunanya lagi. Sel-sel darah putih bayi akan ”memakan” sendiri jaringan tali pusat tersebut hingga ia akan putus dengan sendirinya, disebut autodigesti. Sehingga bila tali pusat tak puput juga, perlu dicurigai apakah ada kelainan sel darah putih pada bayi.
Ibu juga perlu mengamati area tali pusat, apakah ada cairan jernih yang keluar seolah tali pusat bocor. Mungkin hal itu gejala dari kelainan urachus persisten disebabkan penutupan kandung kemih tidak sempurna hingga urin menetes ke pusar.
Terkadang penyembuhan tali pusat tidak sempurna sehingga meninggalkan jaringan sisa yang lembek dan berwarna merah. Dalam keadaan ini, ibu perlu memberikan tetesan obat silver nitrat tiap beberapa hari untuk mempercepat penyembuhan, namun tak bolehmengenai kulit normal di sekitarnya.
Perhatikan pula apakah ada tanda-tanda infeksi tali pusat, seperti kemerahan di kulit sekitar pusat atau tali pusat bernanah. Infeksi tali pusat dapat cepat menyebar ke aliran darah bayi, ke liver, atau jaringan perut. Dalam keadaan ini, bayi harus disuntik antibiotik. Bila ada nanah yang mengumpul, nanah itu pun harus dikeluarkan.
TIPS : Merawat tali pusat
  1. Sebaiknya jangan rendam bayi dalam air sabun sampai tali pusatnya kering.
  2. Tidak ada metode khusus merawat tali pusat. Salep antimikroba bisa pula digunakan, namun tidak ada data yang membuktikan salep tersebut lebih menguntungkan, bahkan dapat memperlambat pemutusan tali pusat. Alkohol dapat dipakai untuk membersihkan tali pusat dan mempercepat pengeringannya, tetapi tak terbukti mengurangi risiko infeksi. Yang terpenting adalah menjaga tali pusat tetap kering dan bersih.

Bayi Muntah Setelah Diberi ASI

Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius .
Samakah gumoh dan muntah pada bayi?
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti illustrasi air yang mengalir ke bawah , bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung.
Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 persen pada umur 9-12 bulan dan 5 persen pada umur 18 bulan. Meskipun normal, Gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Penyebab Gumoh Bayi:
1. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung.
Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2. posisi menyusui.
- Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke saluran napas. Bayi pun gumoh.
- pemakaian bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi muntah.
3.?Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna.
Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
4. fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
5. Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.
Cara meminimalisir Gumoh atau muntah bayi :
1. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
2. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
3. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4. Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
5. sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6. Check lubang dot yang Anda gunakan untuk memberikan ASI/susu. Jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar ,susu akan mengalir dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi Anda gumoh.
7. Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sanagt lapar, karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
8. jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
9. Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah.
Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa radang paru. Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan.
10. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya.
Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
11. Hindari bayi tersedak.
bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias paru-paru. ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
Perlu OBSERVASI
Adalah sangat penting mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayii Anda yang mengarah pada hal patologis. Anda tak perlu khawatir jika :
·         Berat badan bertambah (dalam rentang normal)
·         bayi tampak senang
·         pertumbuhan dan perkembangan bayi normal
Sebaliknya, Anda perlu khawatir jika:
·         Penurunan berat badan atau tidak ada kenaikan berat badan
·         Infeksi dada berulang
·         Muntah disertai darah
·         Bayi dehidrasi
·         Gangguan pernafasan misal henti nafas, biru atau nafas pendek
Tanda awal adanya masalah dengan pemberian ASI/susu pada bayiantara lain:
1. Bayi tidak tenang/selalu rewel/gelisah sepanjang waktu
2. Bayi tidak ingin menyusu /tidak nafsu
3. Bayi selalu menangis saat atau setelah menyusu
4. Bayi muntah /gumoh secara berlebihan yang berulang dan sering.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Street Art Copyright by ADINEVVA Blog.. | Template by ADINEVVA | Blog Trick at adinevva